Wisata Memoral, Jembatan Merah Surabaya
Proposal Penelitian Disertasi Doktor Bapak I Nyoman Lokajaya, S.T., M.M., menerima hibah dari Ristekdikti. Penelitian Disertasi yang berjudul Strategi Pengembangan Daya Tarik Destinasi Wisata Memoral, Jembatan Merah Surabaya tersebut diajukan untuk menyelesaikan program Doktor Ilmu Ekonomi di Untag Surabaya.
Surabaya terkenal dengan sebutannya sebagai Kota Pahlawan. Akan tetapi, ikon kepahlawanan ini tenggelam. Diambil dari data rencana kerja pembangunan daerah Kota Surabaya tahun 2016, dari data ini tampak, tidak ada destinasi wisata spesifik yang bertemakan kepahlawanan.
“Surabaya terkenal dengan kuliner, taman, Monkasel dan sebagainya. Jadi Saya berusaha mengungkap sisi lain dari Surabaya. Nilai kepahlawanan 10 November yang banyak di ketahui orang hanya Tugu Pahlawan saja” kata Bapak Nyoman saat di wawancarai di ruangannya Rabu (07/02/2018).
Berdasarkan penelitian sebelumnya milik Ibu Septina Alrianingrum dari Unesa tahun 2010, ternyata ada 30 titik tempat bertemakan kepahlawanan di Surabaya, hal tersebut yang akan diangkat dalam Disertasi, khususnya Wisata Memorial Jembatan Merah.
“Kata-kata memorial ini jarang sekali diungkap, memorial seperti bom Bali, Gedung WTC di Amerika. Memorial itu penting, karena mengungkap daya ingat kembali untuk mengenang para pahlawan” ungkap Bapak Nyoman.
Riset pendahuluan Bapak Nyoman yang bersumber dari berbagai referensi, terdapat Novel Sejarah tulisan Suparta Brata. Suparta Brata ini pengarang sepuh asal Surabaya, Beliau mengetahui banyak sejarah dari kota Surabaya. Surabaya adalah tempat berkumpulnya seluruh masyarakat Indonesia untuk berjuang melawan penjajah yang memicu perjuangan-perjuangan di daerah lain. Hal tersebut bisa dijadikan bukti bahwa Surabaya yang dijuluki Kota Pahlawan ini pantas menjadi ikon Nasional.
Menurut Sejarah, tempat yang paling penting sebenarnya bukan Tugu Pahlawan, melainkan Jembatan Merah itu sendiri. Walikota Surabaya Bu Risma membangun suatu taman sejarah 50 meter dari Jembatan Merah tersebut. Tempat dimana Jendral Mallaby gugur.
“Hal ini sangat jarang terjadi, bagaimana mungkin seorang jendral gugur dalam sebuah pertempuran, hanya ada di Surabaya. Saya yakinkan Pemerintah Kota bahwa hal ini mempunyai nilai jual tinggi” tambah Bapak Nyoman.
Dengan penelitian secara kualitatif ini diharapkan ada destinasi wisata baru dan mendatangkan wasatawan dari daerah lain maupun dari mancanegara yang ingin tahu sejarah. Tentu saja hal tersebut menguntungkan dari sisi ekonomi dimana akan mendatangkan investasi bagi Kota Surabaya.
Bapak Nyoman menjelaskan secara detail tips supaya penelitian yang dibuat bisa didanai Ristekdikti. Semua aturan sudah dijelaskan di panduan dari Ristekdikti jilid 11, meskipun sebagus apapun penelitian tersebut, jika tidak sesuai dengan aturan-aturan maka tidak akan bisa lolos. Pertama relevansi topik penelitian dengan judul Disertasi mempunyai poin 20%, kedua orisinalitas dan kebaruan mempunyai poin 30%, ketiga luaran penelitian yang bermanfaat dan punya visi yang jauh kedepan, mempunyai poin 30%, terakhir adalah potensi kecepatan perngerjaan disertasi dengan waktu yang telah ditentukan mempunyai poin 20%.
Diakhir wawancara Bapak Nyoman mengucapkan terima kasih pada Ristekdikti, pengerjaan Disertasi sangat terbantu sekali dengan dana tersebut. Kedua dosen pembimbing Prof. Dr. Drg. Ida Aju Brahasari, Dipl. DHE, MPA dan Prof. Dr. Anis Eliyana SE, M.Si yang membantu menemukan ide Disertasi ini. Kemudian Institusi terutama Program Doktor dan LPPM yang telah memberi wadah para Dosen melakukan penelitian.