L o a d i n g
P

KM bagi kelompok tani pengerajin gula tebu merah.


Untuk memenuhi salah satu kewajiban pengabdian masyarakat dari Dosen, Bapak I Nyoman Lokajaya, S.T., M.M., dan anggotanya Moch. Sidqon, S.Si., M.Si menyelesaikan Program Kemitraan Masyarakat (PKM). Bapak Nyoman membuat PKM bagi kelompok tani pengerajin gula tebu merah. Kebetulan mitranya adalah dua orang yang masing-masing sebagai ketua kelompok petani gula tebu.

Kabupaten Tulungagung salah satu kabupaten yang banyak dijumpai tanaman tebu, terdapat 170 pusat-pusat pengerajin gula tebu merah untuk memanfaatkan potensi tersebut. Dari 6 pusat pengerajin gula salah satunya ada di desa Ariyojeding kecamatan Rejotangan yang di ketuai Bapak Machrus sebagai mitra 1 dan Bapak Ponidi sebagai mitra 2.

Dosen Teknik Industri Untag Surabaya ini menjelaskan, secara umum tidak ada permasalahan yang terjadi. Dari sisi mesinnya sudah ok, untuk penggilingan 1 hari itu menghasilkan 1 sampai 1.5 ton gula merah. Dari sisi pasokan bahan baku tebu tidak ada masalah karena sudah mempunyai perkebunan sendiri, dalam pemasarannya pun tidak ada masalah karena pedagang datang sendiri kesana untuk membeli.

“Yang jadi masalah itu prosesnya, artinya proses pembuatan gula merah itu punya ketergantungan satu dengan yang lain, misalkan ketika tebu itu sudah digiling untuk bahan baku gula merah, dia menghasilkan ampas. Ampas ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. Tetapi lama kelamaan akan menumpuk, ampas yang menumpuk ini diangkut dan dipisahkan dari ruang penggilingan ke ruang penyimpanan ampas. Selama ini yang digunakan adalah 80% untuk bahan bakar yang 20% disimpan. Kulit ampas yang disimpan ini akan mengeras sehingga berbahaya karena tajam jika terkena bagian tubuh” terang bapak Nyoman saat diwawancarai di Fakultas Teknik hari Rabu 28/02/2018.

Ampas tersebut membutuhkan tempat penyimpanan seperti rumah supaya tidak terkena hujan. Satu tempat penyimpanan 4x4x5 membutuhkan biaya Rp. 5.750.000 untuk membangunnya. Ketika pesanan meningkat dibutuhkan lebih banyak rumah. Hal inilah yang tidak efisien.

“Tugas kami adalah menghemat biaya dan tempat, dengan mengusulkan mesin press hidrolik yang didesain sedemikian rupa dengan kekuatan sampai dengan 25 ton. Ampas tebu kami masukkan di kotak, kemudian di press dengan daya 1500 watt. Setelah melakukan berbagai uji coba hasilnya ampas dalam 4 kranjang dapat di press hanya menjadi 1 keranjang. Terjadi penyusutan ampas 68,7 %. Pengusaha bisa menghemat sangat banyak, intinya disitu” ungkap Beliau.

Bapak Nyoman juga memberi pendampingan pada mitra-mitranya jika ingin berkonsultasi masalah program PKM tersebut, termasuk perawatan mesin akan diajarkan meskipun mereka sebenarnya sudah tidak asing karena sudah sering bergelut dengan mesin disel.

Untuk kedepannya Beliau mengharapkan mesin tersebut sebagai pemicu utama sebagai sarana penghematan biaya. Kemudian ketika bukan musim giling, mesin tersebut tidak menganggur, tetapi multifungsi dapat dilepas hidroliknya dan digunakan untuk pembuatan batako, minyak kelapa sawit. Kedepannya akan diadakan pelatihan mengenai hal tersebut.

Beliau mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi atas dana hibahnya. Kemudian LPPM Untag Surabaya yang menjadi mediator antara Dosen, Ristekdikti dan UKM serta 2 mahasiswa Moh. Muhlas dan Farug Sugiono yang ikut terlibat dalam penelitian ini.